Laman

Senin, 04 April 2011

sejarah kerajaan tertua di indonesia

perwujudan  akulturasi kebudayaan indonesia dengan kebudayaan hindu-budha
pada masa lampau telah terjadi suatu akulturasi kebudayaan antara masyarakat india dengan indonesia, tetapi tidak semua unsur budaya india diterima oleh bangsa indonesia. Penerimaan unsur-unsur budaya tersebut di sesuaikan dengan kepribadian bangsa indonesia itu sendiri.
1.       Lapisan kebudayaan indonesia sebelum terdapat pengaruh hindu Dari dahulu bangsa indonesia sudah memiliki dasar-dasar kebudayaan sendiri yang cukup tinggi yang tidak dapat dihapus begitu saja dan dasar tersebut terus berkembangmengikuti perkembangan jaman.
2.       Kecakapan istimewa. Bangsa indonesia ( bangsa myanmar, thai,kamboja) memiliki apa yang disebut dengan istilah lokal genus, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa itu sendiri.

Kehidupan politik,sosial,ekonomidan kebudayaan dari kerajaan-kerajaan indonesia :
1.   Kerajaan kutai
 
        I.            Aspek kehidupan politik :
 nama kutai diambil dari kenyataan bahwa peninggalan kerajaan itu ditemukan di daerah kutai, di hulu sungai mahakam, kalimantan timur.
Sumber sejarah kerajaan kutai : sumber utamanya ialah 7 buah batu tulis yang biasa disebut dengan yupa. Yupa merupakan sebuah tiang batu untuk mengikat korban (manusia / hewan ) untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa.prasasti tersebut menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa,tidak ada yang menyebutkan angka tahun pada setiap yupa itu. Tetapi dengan memperbandingkan bentuk huruf yang dilakukan oleh para ahli, akhirnya dapatlah diperkirakan bahwa prasasti tersebut berasal dari abad ke-4 m / ke-5 m. salah satu tulisan yang tertera dibatu bertulis ini adalah

 “crimatah cri-narendrasya, kudungasya mahatmanah, putro cvabharmo vikhyatan, vancakarta yathancuman, tasya putramahatmanah, trayas-trayas ivagnayah, tesan trayanam pravarah, tapobala dananvitah, Cri mulawarman rajendro, yastva bahusuvanakam, tasya yajnasya jupoyam, dwijen drais samprakalpita”.
Artinya : “ Sang Mulawarman kundungga, yang amat mulia mempunyai putra yang mashur, Sang Aswawarman namanya, mempunyai tiga orang putra yang seperti api (sinarnya), yang terkemuka di antara ketiga putranya itu adalah Sang Mulawarman, raja yang besar, yang berberbudi baik, kuat dan kuasa yang telah mengadakan upacara korban emas yang amat banyak dan untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan para pendeta”.
Dari prasasti itu dapat diketahui raja pertama kerajaan kuta bernama Kundungga.Pada masa pemerintahan Aswawarman dikerajaan kutai diadakan upacara Aswamedha. Uapacara ini merupakan upacara pelepasan kuda untuk menentukan batas-batas dari wilayah kerajaan kutai.Aswawarman digantikan oleh Mulawarman, merupakan raja terkemuka dan dibawah pemerintahannyakutai mengalami masa kejayaan. Setelah masa pemerintahan Mulawarman tidak diketahui secara jelas apakah kerajaan kutai masih berlanjut terus atau lenyap. Hal ini disebabkan karea kurangnya peninggalan-peninggalan  yang dapat membuktikannya.
   II.            Aspek kehidupan social
Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai dapat diketahui bahwa pada abad ke-4 M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesia yang telah banyak menerima pengaruh Hindu sehingga dapat mendirika suatu kerajaan yang teratur rapi menurut pola pemerintahan di India. Masyarakat Indonesia menerima unsure-unsur yang datang dari luar (India) dan mengambangkannya sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
III.            Aspek kehidupan ekonomi
Melihat letaknya, Kutai sangat strategis karena terletak pada jalur aktivitas pelayaran dan perdagangan antara dunia barat dan dunia timur. Disamping itu letak Kutai  yang jauh kearah pedalaman sangat baik sebagai tempat peristirahatan bagi para pelayar yang melakukan perjalanan jauh. Mereka secara langsung maupun tidak langsung besar pengaruhnya dalam kehidpan masyrakat Kutai, terutama dalam bidang perekonomian masyarakatnya, di mana perdagangan juga di jadikan mata pencaharian utama saat itu.
IV.            Aspek kehidupan kebudayaan
Prasasti Yupa ( tiang batu / tugu batu untuk mengikat korban yang akan di persembahkan ) merupakan salah satu hasil kebudayaan masyarakat Kutai. Namun sebenarnya tugu batu ini merupakan warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum yaitu kebudayaan menhir. Salah satu prasasti yupa ( Raja Mulawarman ) menyebutkan suatu tempat suci dengan kata “Vaprakecvara” diartikan sebagai sebuah lapangan luas tempat pemujaan. Kata Vaparakecvara itu dihubungkan dengan dewa siwa. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa. Hal ini di dukung oleh beberapa factor, seperti :
        i.            Besarnya pengaruh kerajaan pallawa yang beragama Siwa menyebabkan agama Siwa terkenal di Kutai.
      ii.            Pentingnya peranan para Brahmana di Kutai menunjukan besarnya pengaruh Brahmana  dalam agama Siwa terutama mengenai upacara korban.

2.     Kerajaan tarumanegara
A.  Aspek kehidupan politik
Kerajaan tertua kedua  di Indonesia adalah kerajaan ini, terletak di jawa barat ( sekitar daerah bogor ). Adapun sumber-sumber sejarah tentang kerajaan tarumanegara adalah prasasti-prasasti dan berita-berita asing ( sebagaian besar daang dari Cina yaitu dinasti Tang).
Prasasti-prasasti yang menjadi sumber sejarah dari keajaan Tarumanegara adalah sebagai berikut :
a)      Prasasti Ciaruteum ( Ciampea, Bogor)
b)      Prasasti Kebon Kopi ( daerah Bogor )
c)      Prasasti Jambu (daerah Bogor)
d)      Prasasti Muara Cianten (daerah Bogor )
e)      Prasasti Tugu ( daerah Bekasi)
f)       Prasasti Pasir Awi (daerah leuwiliang)
g)      Prasasti Munjul (daerah Banten )
                                                           
Tulisan yang tertera pada batu tulis ( Prasasti Ciarteum ) ini berbunyi :
Vikrantasya Vanipatch, Crimanteh Purnawarmanah, Tarumanegarandrasya, Visnor iva padad vayam “.
Artinya : “ Kedua buah telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu ini adalah tapak kaki dari raja Purnawarman, raja dari Tarumanegara , raja yang gagah berani “.
Bahasa yang dipakai adalah bahasa sansekerta degan huruf pallawa. Prasasti-prasasti itupun ditemukan tanpa angka tahun, sehingga praktis untuk menentukan kapan kira-kira dibuat, perlu penyelidikan yaitu untuk membandingkan huruf-huruf itu dengan huruf-huruf yang ada di India, sehingga dari situ diperkirakan bahwa kerajaan Tarumanegara berkuasa di daerah jawa barat sekitar abad ke-5 masehi. 
Dalam prasasti itu dinyatakan pula bahwa yang memerintah kerajaan Tarumanegara adalah Purmawarman.
B.  Wilayah kekuasaan Tarumanegara.
Wilayah kekuasaan Tarumanegara pada zaman pemerintahan raja Purnawarman mencapai wilayah-wilayah seperti daerag Banten, Jakarta , sampai ke perbatasan Cirebon, sehingga dapat di tafsirkan pada masa pemerintahannya wilayah kerajaan Tarumanegara hamper menguasai seluruh Jawa barat. Kehidupan masyarakatnya bersifat petani, peternak, perburuan, sebagaimana tafsiran dari prasasti tugu dan berita Cina.
C.  Aspek kehidupan social masyarakat.
Kehidupan sosial masyarakat kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi di bawah pemerintahan raja Purnawarman. Hal ini dapat diketahui melalui penafsiran dari prasasti Ciaruteum.
Pada prasasti Ciaruteum disebutkan bahwa telapak kaki raja purnawarman disamakan dengan telapak kaki Dewa Wisnu, dimana Dewa Wisnu dipandang sebagai dewa pelindung dunia. Jadi raja Purnawarman adalah seorang raja yag terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Disamping  itu raja Purnawarman sanagat memperhatikan kedudukan kaum Brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan dikerajaannya. Kerana upacara pemujaan kepada para dewa sebagai tanda penghormatan.
D.  Aspek kehidupan ekonomi masyarakat
Pada prasasti tugu dinyatakan, bahwa raja Purnawarman memerintahkan untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tumbak. Pembangunan terusan itu mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat, karena dapat dipergunakan sebagai sarana pencegah banjir dan sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antara daerah di kerajaan Tarumanegara atau dengan dunia luar. Hasil bumi kerajaan Tarumanegara merupakan modal utama dalam dunia perdagangan dengan daerah-daerah disekitarnya dan bahkan sebaliknya masyarakat dapat memenuhi aktivitas kebutuhan hidupnya dari dunia luar, terutama terhadap barang-barang yag tidak dapat dihasilkan oleh rakyatnya. Sehingga kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan tarumanegara sudah berjalan teratur.
E.   Aspek kehidupan kebudayaan masyarakat
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf pada prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti keberadaan kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat sudah tinggi pada masa itu. Prasasti-prasasti (batu tulis)  yang ditemukan sebagai pendukung keberadaan kerajaan Tarumanegara adalah salah satu dari peninggalan kebudayaan masyarakat.

Pada abad ke-7 kerajaan Tarumanegara sudah tidak terdengar beritanya dan wilayah Jawa Barat mengalami masa kegelapan karena tidak terdapat kekuasaan dari kerajaan-kerajaan. Baru beberapa abad kemudian muncul system pemerintahan kerajaan di Jawa Barat.